Sabtu, 23 Mei 2009

FLU BABI Jangan Menganggap Enteng...

KOMPAS.com - Flu babi yang telah menyebar di berbagai belahan dunia dan merenggut lebih dari 100 nyawa masih dianggap enteng oleh sebagian masyarakat. Contohnya tampak di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.

Di terminal kedatangan penerbangan internasional, 2D dan 2E, Selasa (28/4), tak semua penumpang penerbangan internasional melewati kamera pemindai suhu tubuh (thermoscanner). Banyak penumpang melalui jalan di kanan atau kiri kamera. Petugas dari Kantor Kesehatan Pelabuhan yang berjaga dari pagi hingga tengah malam tak berdaya melarang.

Ada saja alasan penumpang. Beberapa turis asing, misalnya, dengan enaknya berjalan di sebelah kanan kamera pemindai untuk mengurus visa on arrival.

Keadaan berubah pada Rabu kemarin. Semua penumpang penerbangan internasional yang tiba di Bandara Soekarno-Hatta harus melewati jalur yang dipasangi pemindai suhu tubuh.

”Ketentuan ini berlaku mulai Rabu ini setelah saya bersama PT Angkasa Pura II, Kantor Kesehatan Pelabuhan Bandara Soekarno-Hatta, Balai Besar Karantina Hewan dan Tumbuhan, serta instansi lain membicarakan bagaimana mewaspadai penyakit flu babi,” kata Administrator Bandara Internasional Soekarno-Hatta Edward A Silooy.

Punya pengalaman

Pemerintah dan masyarakat tidak semestinya menganggap enteng flu babi. Pekan ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menaikkan status flu babi dari level 3 ke level 4. Tinggal satu level lagi, pandemi flu babi akan terjadi.

Asisten Direktur Jenderal WHO Keiji Fukuda dalam keterangan persnya mengatakan, semua negara perlu menyiapkan diri untuk mencegah kemungkinan penyebaran virus flu babi. Ia mengingatkan, negara-negara miskin akan terkena dampak lebih parah berdasarkan analisis pandemi sebelumnya.

Indonesia boleh dibilang beruntung karena berpengalaman dengan mengadakan simulasi pandemi flu. Hal ini memungkinkan negeri ini lebih siap. Meski demikian, WHO mengingatkan, negara berkembang umumnya kurang dalam penyediaan fasilitas untuk pandemi.

Simulasi dilakukan karena Indonesia berpotensi sebagai sumber pandemi flu karena korban meninggal akibat flu burungnya terbanyak. Dua simulasi besar pandemi flu burung dilakukan di tingkat kabupaten di Jembrana, Bali, tingkat kota di Makassar, Sulawesi Selatan, dan simulasi di hampir 20 desa.

Simulasi itu secara umum melibatkan masyarakat, birokrasi, petugas kesehatan, dan lain-lain. ”Jadi, mereka sudah memiliki pemahaman dasar tentang pandemi,” kata Ketua Pelaksana Harian Komisi Nasional Penanganan Flu Burung dan Kesiapsiagaan Pandemi Influenza Bayu Krisnamurti.

Pengalaman Indonesia diakui secara internasional. Kini Indonesia mengetuai Kelompok Kerja Teknis untuk Penyiapan Pandemi di ASEAN.

Peneliti Pusat Penyakit Tropis Universitas Airlangga, CA Nidom, mengatakan, yang perlu dilakukan kini adalah sosialisasi mengenai virus flu babi agar mereka tidak terlalu cemas akibat salah informasi.

”Penyebutan virus ini kalau tidak hati-hati akan menimbulkan masalah. Jika saat ini di berbagai tempat di Indonesia dilakukan surveilans, akan dengan mudah ditemukan virus subtipe H1N1. Tetapi belum tentu memiliki karakter sama dengan virus di Meksiko,” katanya.

Di sisi lain, kewaspadaan tentu harus tetap diutamakan karena penularan flu babi telah berlangsung antarmanusia.

Tidak ada komentar: