Selasa, 26 Juli 2011

Sampel Darah Bisa Tunjukkan Usia

Suatu ketika, sampel darah bisa digunakan untuk memperkirakan usia seseorang. Pengujian teknik pengukuran usia lewat sampel darah tersebut dilakukan Pusat Penelitian Kanker Nasional di Spanyol.

Pengujian yang diadakan oleh Spanish National Cancer Research Centre ini dilakukan dengan mengukur panjang telomere yang terletak di ujung kromosom. Rupanya, ilmuwan mendapati telomere berhubungan dengan kecepatan seseorang menua secara biologis. Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan telomere yang pendek memiliki usia biologis yang lebih singkat daripada orang dengan telomere yang panjang.

Jika teknik tersebut sempurna, metode pengukuran usia dengan darah akan dipasarkan lewat perusahaan Life Length yang saat ini mendekati berbagai perusahaan diagnosis medis di Eropa. Saat mulai dipasarkan tahun depan, biaya pengujian ini berkisar 700 dollar AS untuk sekali pengukuran.

Berbagai kritik dilayangkan terhadap pengujian ini karena dapat memicu ketakutan orang terhadap kematian dan membuat orang lebih rentan terhadap penipuan melalui obat-obatan yang diklaim mampu memperpanjang telomere alias usia. Selain itu, beberapa protes juga berkaitan dengan kemungkinan perusahaan-perusahaan asuransi mewajibkan tes telomere terhadap orang-orang yang hendak mendapatkan asuransi untuk menentukan tarif.

Tabel Periodik ditambah Dua Unsur Baru

Tabel periodik punya dua anggota baru, unsur 114 dan 116. Keduanya merupakan unsur kimia terberat. Unsur 114 memiliki berat 289 satuan massa atom, sedangkan 116 memiliki berat 292 satuan massa atom.

Kedua unsur sebetulnya sudah ditemukan lebih dari 10 tahun--114 ditemukan tahun 1999, 116 ditemukan tahun 2000. International Union of Pure and Applied Chemistry dan International Union of Pure and Applied Physics baru memasukkannya sekarang setelah melalui berbagai pembuktian.

Saat ini, 114 dan 116 disebut ununquadium dan ununhexium. Akan tetapi, para penemu yang berasal dari Rusia mengajukan nama "flerovium" untuk 114 diambil dari nama fisikawan nuklir Georgy Flyorov. Unsur 116 diusulkan diberi nama "moscovium" yang berasal dari Moscow Oblast

Sumber : Kompas

Peneliti Jepang Berhasil membuat Retina

Peneliti dari Jepang berhasil membuat retina dari sel induk embrio tikus. Menurut para peneliti di RIKEN Center for Developmental Biology, Kobe, Jepang, retina merupakan jaringan biologis terumit yang pernah mereka buat.

Jaringan yang dikembangkan tidak sekadar retina, tetapi lengkap dengan cawan optik, organ dua lapis yang terdiri dari retina dan lapisan luar sel berpigmen yang menyediakan nutrisi dan menyokong retina serta sel yang sensitif terhadap cahaya. Sel yang terakhir disebut mengirimkan informasi ke otak.

Pada saat pembuatan, ilmuwan sel induk embrio dalam campuran nutrisi dan protein. Sel itu berkembang menjadi sel retina. Awalnya, sel hanya berkembang menjadi rangkaian sel awal retina, tetapi kemudian perlahan berkembang menjadi cawan optik lengkap. Hal tersebut terjadi pada perkembangan embrio secara natural.

Ilmuwan masih belum dapat memastikan apakah retina buatan ini dapat mengirimkan informasi yang benar ke otak tikus. "Hal inilah yang akan kami teliti selanjutnya," kata peneliti. Jika tak ada masalah, ilmuwan akan beralih ke pembuatan retina manusia dari sel induk dari manusia pula.

Apabila uji coba pada manusia berhasil, artinya tersedia retina yang aman untuk ditransplantasi ke manusia. "Penyembuhan bagi banyak jenis kebutaan," ilmuwan menjelaskan. Meski demikian, masih butuh waktu beberapa tahun.

Sumber : Kompas

Analisis DNA asal - usul suku Bajo

Universitas Haluoleo (Unhalu), Kendari, Sulawesi Tenggara akan bekerja sama dengan Université de La Rochelle, Perancis untuk meneliti DNA Suku Bajo. Bulan September 2011 nanti, MoU kerja sama akan ditandatangani dan akan segera dilanjutkan dengan proses penelitian.

"Benar kita lakukan kerjasama itu. Rencananya nantu bulan sembilan akan ditandatangani MoU lalu mulai penelitian. Akan diambil sampel air liur nanti untuk analisis DNA," kata Abdul Manan, Dosen Fakultas Pertanian Unhalu yang terlibat dalam proyek penelitian Suku Bajo.

Abdul mengemukakan, ada beberapa kerja sama penelitian tentang Suku Bajo, di mana penelitian DNA suku tersebut adalah salah satunya. Penelitian akan melibatkan peneliti Perancis yang juga seorang linguis Bahasa Indonesia, Philippe Grangé.

"Penelitian ini akan membantu mengetahui asal usul Suku Bajo," kata Abdul saat dihubungi lewat telepon Minggu (8/5/2011).

Selama ini, ada beragam versi yang menerangkan asal-usul Suku Bajo. Versi satu mengatakan dari Indonesia, versi lain mengatakan dari Filipina, Malaysia, dan lainnya. Ditemui dalam Media Trip WWF di Wakatobi, Jumat (6/5/11) lalu, Wakil Ketua Suku Bajo se-Asia Tenggara dan Sekjen Bajo International Community Consideration (BICC), Sadar, mengatakan, "Hasil penelitian ini bisa sangat banyak gunanya bagi kami Orang Bajo."

Sadar menambahkan, kajian antropologis dan sejarah belum cukup representatif. Analisis DNA bisa membantu menerangkan. Menurutnya, selain mengetahui asal-usul suku Bajo, hasil penelitian juga bisa membantu Suku Bajo mendapatkan haknya.

Suku Bajo lahir dan hidup di laut sehingga punya ketangguhan mengarungi lautan. Meski kini banyak yang tinggal di darat, ketergantuangan terhadap laut belum hilang. Banyak dari mereka yang masih berprofesi sebagai nelayan. Masyarakat Bajo kadang dianggap bajak laut dan perusak, padahal mereka memiliki kearifan dalam mengelola ekosistem laut.

Sekelumit kehidupan Suku Bajo bisa disimak dalam film "The Mirror Never Lies" yang kini tayang di bioskop.

Sumber : Kompas.com

Ditemukan Blok DNA ke 7 dan 8

KOMPAS.com - Para peneliti di University of North Carolina-Chapel Hill menemukan dua blok kimia baru pada DNA manusia. Penelitian lebih lanjut akan dilakukan untuk menjawab pertanyaan seputar fungsi dari blok ketujuh dan kedelapan tersebut.
Selama beberapa dekade, pelajaran Biologi selalu mengajarkan para siswa tentang empat huruf yang mewakili blok kimia DNA yaitu ATGS, kependekan dari adenine, thymine, guanine, dan cytosine. Huruf tersebut kemudian bertambah seiring ditemukannya blok kelima 5 methylC pada 1948, dan blok keenam 5-hydroxymethylC pada 2009. Kini blok baru kembali ditemukan sehingga total blok DNA manusia diketahui berjumlah delapan.

Yi Zhang, profesor biokimia dan biofisika UNC yang mengetuai penelitian menjelaskan, dua blok baru ini dinamai 5-formylcytosine dan 5-carboxylcytosine . Keduanya sebenarnya adalah versi dari cytosine yang telah dimodifikasi dengan protein Tet, entitas molekuler yang berfungsi dalam demetilasi dan pemrograman ulang sel punca.

Penemuan ini diharapkan dapat membantu penelitian sel punca yang bisa memprogram ulang sel dewasa sehingga mampu bertindak layaknya sel punca. "Sebelum kita bisa memahami inti dari penemuan ini, kita harus mencari tahu fungsi dua blok baru ini," kata Zhang. "Karena kedua blok ini mewakili tahap menengah dalam proses demetilasi, keduanya bisa jadi berperan penting dalam pemrograman ulang sel dan penelitian sel kanker, yang sama-sama melibatkan demetilasi DNA."

Dua blok yang baru ditemukan ini tidak banyak diketahui karena sangat mirip. Kehadirannya hanya akan mengubah tampilan DNA, tapi tidak mengubah fungsi dan posisinya. Temuan ini dipublikasikan di jurnal Science pada 21 Juli 2011. (National Geographic Indonesia/Ni Ketut Susrini)

Rabu, 04 Mei 2011

Cerita di Balik Penemuan-penemuan IlmiahCerita di Balik Penemuan-penemuan Ilmiah


Cerita di balik karya-karya besar para saintis menarik untuk dikaji. Sebuah cerita dapat menjadi inspirasi dan motivasi dalam berkarya. Ada satu hal yang menarik dari cerita-cerita di balik penemuan besar di bidang sains. Ternyata, tidak selamanya sesuatu yang hebat dilatarbelakangi oleh sesuatu yang luar biasa, diantaranya ada yang "hanya" disebabkan oleh ketidaksengajaan.

Daniel E. Koshland Jr., seorang profesor Biokimia molekuler dan Biologi sel di University of California, dalam artikelnya membagi proses-proses penemuan ilmiah menjadi tiga kategori (Science vol. 317, hal. 761). Kategori tersebut adalah "Charge, Challenge, dan Chance", yang kemudian disebutnya dengan teori Cha-Cha-Cha. Penemuan yang termasuk dalam kategori Charge merupakan penemuan-penemuan yang didasarkan pada masalah-masalah yang sudah jelas namun belum ada penyelesaiannya atau penjelasannya secara ilmiah. Koshland memberikan contoh untuk kategori ini adalah penemuan teori gravitasi oleh Newton. Semua orang pada saat itu tentu tahu bahwa benda akan selalu jatuh ke bawah, namun tidak tahu bagaimana hal itu dapat terjadi. Setiap orang dapat saja mengalami hal yang sama dengan Newton, melihat buah apel jatuh dari pohon, tetapi tidak menyadari di balik kejadian itu ada suatu teori besar yang bisa muncul.

Kategori kedua, Challenge merupakan penemuan yang muncul sebagai hasil dari adanya pertentangan atau anomali-anomali yang muncul dari suatu teori yang telah ada. Temuan manusia tidak ada yang sempurna, hal inilah yang menyebabkan bagaimana suatu ilmu dan teori dapat berkembang. Seorang saintis sejati akan tertantang untuk mencari penjelasan dan penyelesaian terhadap anomali dan pertentangan yang ada, dia akan berusaha untuk mencarinya. Contoh penemuan jenis ini adalah penemuan teori atom oleh Niels Bohr. Bohr melihat kelemahan-kelemahan pada teori atom Dalton dan Thomson yang telah ada sebelumnya. Selanjutnya melalui serangkaian pengamatan Bohr menelurkan teori baru tentang struktur atom yang dapat memperbaiki kekurangan dari teori yang telah ada. Demikianlah, suatu teori akan selalu mengalami penyempurnaan selama masih ditemui kelemahan seiring perkembangan zaman. Suatu teori dapat diyakini kebenarannya pada suatu kurun waktu tertentu dan bisa saja di waktu berikutnya tidak akan relevan lagi karena adanya teori baru yang lebih baik. Suatu teori dari hasil pemikiran manusia bersifat relatif dan tentatif, yang absolut dan pasti hanyalah ilmu dan kebenaran dari Tuhan.

Kategori yang ketiga dari teori Cha-Cha-Cha adalah Chance, merupakan penemuan-penemuan yang terjadi karena ketidaksengajaan, ada unsur "kecelakaan", biasa disebut dengan serendipity. Penemuan jenis ini hanya dapat dilakukan oleh para saintis yang memiliki "pikiran yang siap", demikian Louis Pasteur menjelaskannya. Yang termasuk kategori ini misalnya penemuan Teflon oleh Roy J. Plunkett, sinar-X oleh W.C. Rontgen, dan termasuk penemuan sifat optis aktif oleh Louis Pasteur.

Terkait dengan kategori yang ketiga ini, ternyata banyak para saintis yang mengakui sendiri adanya serendipity dalam karya-karyanya. Royston M. Robert menulis sebuah buku yang mengumpulkan berbagai penemuan di bidang sains yang didasari oleh serendipity. Royston membagi penemuan atas ketidaksengajaan ini menjadi dua, yaitu serendipity (sejati) dan serendipity semu (pseudoserendipity). Penemuan yang termasuk kategori serendipity merupakan penemuan yang murni karena ketidaksengajaan, penemuan atas hal-hal yang sebenarnya tidak sedang dicari. Sedangkan pseudoserendipity merupakan penemuan yang tidak disengaja atas sesuatu yang sedang dicari.

Seperti telah disebutkan di atas, salah satu contoh penemuan yang bernuansa serendipity adalah penemuan Teflon. Penemuan Teflon ini dimulai ketika Dr. Plunkett (ahli kimia Du Pont) sedang mencari suatu bahan pendingin yang tidak beracun. Pada suatu hari Plunkett membuka tangki yang berisi gas tetrafluoroetilen, berharap untuk dapat membuat bahan pendingin yang dicarinya. Tetapi Plunkett dan asistennya, Jack Rebok heran karena tidak ada gas yang keluar. Padahal dari berat tangki menunjukkan tangki itu seharusnya penuh dengan fluorokarbon dalam bentuk gas. Bukannya membuang tangki dan mengambil tangki lain untuk melanjutkan penelitian bahan pendinginnya, Plunkett justru memutuskan untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Setelah memutuskan bahwa kesalahan tidak terletak pada katupnya, ia menggergaji tangki hingga terbuka dan melihat dalamnya. Di dalam tangki itu dia menemukan bubuk warna putih seperti lilin dan, sebagai seorang ahli kimia, ia menyadari hal tersebut pasti ada artinya. Molekul-molekul gas tetrafluoroetilen mengalami polimerisasi sampai pada tingkat tertentu sehingga molekul-molekul tersebut menjadi zat padat. Terdorong oleh penemuannya yang secara kebetulan dan oleh sifat-sifat polimer yang luar biasa ini, Plunkett dan para ahli kimia Du Pont segera menemukan cara untuk menghasilkan "politetrafluoroetilen" .

Royston memberikan contoh untuk temuan pseudoserendipity adalah penemuan proses vulkanisasi karet oleh Charles Goodyear. Proses ini ditemukan ketika Goodyear secara tak sengaja menjatuhkan campuran karet dan belerang ke sebuah kompor yang panas. Sebenarnya sudah lama Goodyear melakukan pencarian agar karet menjadi sesuatu yang berguna. Contoh lain adalah penemuan cara mengukur volume benda tak beraturan oleh Archimedes. Penemuan ini terjadi pada saat Archimedes berada di sebuah tempat pemandian umum, ketika dilihatnya air melimpah keluar dari bak mandi saat ia masuk ke dalamnya. Ia menyadari bahwa volume limpahan air itu sama dengan jumlah anggota badannya yang dimasukkan ke dalam air. Begitu mendapatkan idenya, dia segera keluar dari bak mandi dan lari dalam keadaan telanjang sambil berseru "Eureka!" Pada saat itu sebenarnya Archimedes sedang mendapatkan tugas dari raja bagaimana mengetahui logam dasar sebuah mahkota raja. Demikian pula halnya ketika Alfred Nobel melihat tetesan gliserin yang tak sengaja jatuh ke dalam bahan pengepakan berpori sebagai suatu larutan yang mungkin bersifat mudah meledak yang selama itu dicari-carinya. Semua muncul dari ketidaksengajaan.

Mungkin saja kita akan mengalami suatu serendity, oleh karena itu tetaplah selalu dengan "the prepared mind" – pikiran yang siap untuk menerima dan menganalisis serendipity menjadi suatu hal yang bermanfaat. Namun, suatu penemuan besar tidak hanya muncul dari satu momen "eureka" saja. Ada jalan panjang untuk mewujudkan suatu teori. Sebagaimana Newton, untuk memantapkan teori gravitasinya dia mengembangkan kalkulus dan hukum-hukum fisika yang disusun dalam karya besarnya "Principia" (Science vol. 317, hal. 762)

sumber : http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/berita/cerita_di_balik_penemuan_penemuan_ilmiah/